Sinopsis Brama Kumbara Episode 29
Di Episode ke 29 ini Brama berperang melawan Kerajaan Kuntala. Kerajaan Kuntala dipimpin oleh Ardalepa yang tak lain adalah Ayah tiri Brama Kumbara.
Ardalepa membawa pasukan besar untuk menyerang Kerajaan Madangkara yang kini telah merdeka.
Perperangan berlangsung sangat sengit dan seru. Ardalepa dengan pongahnya sesumbar akan menghabiskan orang-orang Madangkara. Ia juga menyuruh menyingkir Mantili aga tidak ikut mati bersama prajuit karena pedang kemuning emasnya.
Mantili tentu tidak mau mengikuti kehendak Ayahnya. Mantili menegaskan kalau ia kini berada dipihak yang benar.
Karena Ardalepa tetap keras kepala, Ahirnya perang tetap berlangsung. Dipihak Brama tedapat banyak Prajurit bantuan 2 kerajaan lain. dari kerajaan Sanggem dan dari Kerajaan Sekati.
Brama dan Ardalepa bertarung dengan pedang mereka masing-masing. Saat itulah petir menggelegar sinar Biru dan Kuning menggelebat diangkas menunjukkan dahsyatnya peperangan itu.
Pertarungan bertambah dahsyat. Sabetan pedang biru dan pedang kemuning emas membuat prajurit yang berada di sekitarnya mati. Itulah kesaktian pedang biru dan kemuning emas.
Mantili yang tak ingin ayahnya mati, meminta Brama untuk tidak membunuh Ayahnya. Tapi Brama tidak menurutinya begitu saja. Akhirnya Mantili berusaha melerai perkelahian itu dengan menggunakan pedang merah yang baru saja dimilikinya.
Cahaya biru kuning dan merah makin besar berkelebat disekeiling arena peperangan. Hingga pada suatu ketika terdegar bunyi peti yang sangat dahsyat. Pedang merah patah, pedang kemuning emas langsung dirampas oleh pemiliknya Sanjaya.
Ketiga pedang sakti itu kini tidak lagi mengeluarkan kesaktiannya. Ketiga pedang itu bahkan terlihat seperti pedang biasa yang tidak memiliki kesaktian apa-apa.
Kalah jumlah pasukan, pasukan Ardalepa kalah Buntak Bumi meminta pasukannya mundur. Mengetahui hal itu Ardalepa marah. Ia sudah tinggal sendirian.
Mantili meminta Ayahnya untuk mundur, karena percuma melawan pejuang madangkara yang ramai ia pasti kalah.
Ardalepa mengejar Buntak bumi yang menarik pasukannya mundur. Menurut Buntak Bumi, jika tidak mundur ia akan mati sia-sia. Sementara Ardalepa Marah, karena peperangan belum berakhir. Percekcokan akhirnya menimbulkan perkelahian antara Ardalepa dengan ketiga tumenggung. Akhirnya Ardalepa terkena pukulan andalan Buntak Bumi. Kini Adalepa kalah dan kesakitan. ia meregang nyawa, sehingga dibawa ke Kerajaan Madangkara.
****
Sesampainya buntak Bumi di Kerajaan Kuntala. Ia disambut dengan kemarahan Raja Kuntala. Raja Kuntala kecewa dengan kekalahan ardalepa.
Saat Buntak Bumi memberitahu kalau tenyata Madangkara dibantu oleh kerajaan Jajahannya yang membelot ia bertambah Murka. Apalagi saat mendengar kalau Ardalepa pindah ke kerajaan Madangkara.
Tapi Apa hendak dikata, Penyerangannya memang kalah. Raja bahkan beniat memimpin sendiri penyerangan ke kerajaan Madangkara.
***
Saat sepulangnya Brama dari arena peperangan, ia disambut oleh ribuan warga. Warga mengangung-agungkan nama Brama sambil mengatakan "Hidup Brama Kumbara". Kemudian diikuti oleh warga yang lain "Hidup Brama Kumbara".
Brama dengan rendah hati, menolak permintaan rakyat madangkara menjadi raja. Brama menunjuk Gottawa untuk menjadi raja. Tapi Gottawa menjawab kalau ia tidak akan bisa memimpin kerajaan sebesar Madangkara.
Akhirnya Mantili mengusulkan untuk dipilih langsung. Setelah pemilihan selesai, Dewi Harnum menyampaikan hasil peolehan suara kepada rakyat Maangkara. 1100 orang memilih Gottawa dan 10.605 memilih Brama Kumbara. Maka dengan demikian Brama Kumbara menang mutlak menjadi Raja Madangkara.
Dengan hasil pemilihan itu Mantili menggunakan Ajian Gema Senggala memberi tahu hasil perolehan suara bahwa Brama tepilih sebagai raja baru di kerajaan Madangkara.
Brama Kumbara menolak, ia merasa tidak pantas kalau harus menjadi Raja.
Tiba-tiba ada suara yang menggema seperti suara Mantili. Ia tiba tiba muncul seorang kakek berambut putih. ia adalah Kakek Astagina guru besar Brama.
Begitu Kakek itu muncul, Gayatri langsung mendekat dan berpelukan ia mengenal kalau Orang itu adalah Kakeknya Kakek Astagina.
Kakek Astagina menjelaskan kalau Brama tidak bisa menghindar dari tanggung jawab sebagai Raja Madangkara. Kakk Astagina meminta pedang Merah Mantili. Awalnya Mantili ragu untuk memberikannya karena ia tidak mengenal kakek itu. Atas saran Brama Mantili memberikan pedang itu. Mantili minta maaf karena pedang itu telah patah.
Kakek Astagina menjelaskan kalau sudah seharusnya pedang itu patah. Patahnya pedang merah menjelaskan kalau Madangkara memiliki Raja Baru. Kakek membuka pedang merah dan didalamnya terdapat sebuah surat. surat itu ditulisnya sendiri.
Surat itu menjelaskan silsilah keturunan Raja Kerajaan Madangkara.
Saat itu pula rakyat Madangkara bersorak "Hidup Brama Kumbara."
Setelah Brama berpidato saat tepilih menjadi raja, tiba-tiba ada seorang warga membawa hasil bumi. Saat Brama perhatikan ternyata orang yang sebelumnya pernah ditolong oleh Brama karena disiksa oleh prajurit Kuntala. Ia bersyukur karena doanya terkabul. Lihat cerita ini pada episode 27. Brama dan semua oang terharu akan cerita orang ini. dan Brama mengucapkan terima kasih atas sumbangan warga tersebut.
****
Nyi Kcombrang tengah berbagia mendapat hadiah dari kerajaan Segati atas usahanya berhasil menukar wajah Dwi Harnum dengan Sekar. Saat itu pula ia kedatangan Patih Raksa. Patih raksa meminta Nyi Kecombang untuk menyerang Raja Kuntala. Raja Kuntala Akhirnya kesakitan. Raja Kuntala berhasil menyerangdengan serangan balasan.
Setelah tahu Nyi Kecombrang yang melakukan semua itu, Raja langsung menggunakan kesaktiannya berupa keris yang dikirim langsung untuk membunuh Nyi Kecombrang.
B E R S A M B U N G . . . .
Ardalepa membawa pasukan besar untuk menyerang Kerajaan Madangkara yang kini telah merdeka.
Perperangan berlangsung sangat sengit dan seru. Ardalepa dengan pongahnya sesumbar akan menghabiskan orang-orang Madangkara. Ia juga menyuruh menyingkir Mantili aga tidak ikut mati bersama prajuit karena pedang kemuning emasnya.
Mantili tentu tidak mau mengikuti kehendak Ayahnya. Mantili menegaskan kalau ia kini berada dipihak yang benar.
Karena Ardalepa tetap keras kepala, Ahirnya perang tetap berlangsung. Dipihak Brama tedapat banyak Prajurit bantuan 2 kerajaan lain. dari kerajaan Sanggem dan dari Kerajaan Sekati.
Brama dan Ardalepa bertarung dengan pedang mereka masing-masing. Saat itulah petir menggelegar sinar Biru dan Kuning menggelebat diangkas menunjukkan dahsyatnya peperangan itu.
Pertarungan bertambah dahsyat. Sabetan pedang biru dan pedang kemuning emas membuat prajurit yang berada di sekitarnya mati. Itulah kesaktian pedang biru dan kemuning emas.
Mantili yang tak ingin ayahnya mati, meminta Brama untuk tidak membunuh Ayahnya. Tapi Brama tidak menurutinya begitu saja. Akhirnya Mantili berusaha melerai perkelahian itu dengan menggunakan pedang merah yang baru saja dimilikinya.
Cahaya biru kuning dan merah makin besar berkelebat disekeiling arena peperangan. Hingga pada suatu ketika terdegar bunyi peti yang sangat dahsyat. Pedang merah patah, pedang kemuning emas langsung dirampas oleh pemiliknya Sanjaya.
Ketiga pedang sakti itu kini tidak lagi mengeluarkan kesaktiannya. Ketiga pedang itu bahkan terlihat seperti pedang biasa yang tidak memiliki kesaktian apa-apa.
Kalah jumlah pasukan, pasukan Ardalepa kalah Buntak Bumi meminta pasukannya mundur. Mengetahui hal itu Ardalepa marah. Ia sudah tinggal sendirian.
Mantili meminta Ayahnya untuk mundur, karena percuma melawan pejuang madangkara yang ramai ia pasti kalah.
Ardalepa mengejar Buntak bumi yang menarik pasukannya mundur. Menurut Buntak Bumi, jika tidak mundur ia akan mati sia-sia. Sementara Ardalepa Marah, karena peperangan belum berakhir. Percekcokan akhirnya menimbulkan perkelahian antara Ardalepa dengan ketiga tumenggung. Akhirnya Ardalepa terkena pukulan andalan Buntak Bumi. Kini Adalepa kalah dan kesakitan. ia meregang nyawa, sehingga dibawa ke Kerajaan Madangkara.
****
Sesampainya buntak Bumi di Kerajaan Kuntala. Ia disambut dengan kemarahan Raja Kuntala. Raja Kuntala kecewa dengan kekalahan ardalepa.
Saat Buntak Bumi memberitahu kalau tenyata Madangkara dibantu oleh kerajaan Jajahannya yang membelot ia bertambah Murka. Apalagi saat mendengar kalau Ardalepa pindah ke kerajaan Madangkara.
Tapi Apa hendak dikata, Penyerangannya memang kalah. Raja bahkan beniat memimpin sendiri penyerangan ke kerajaan Madangkara.
***
Saat sepulangnya Brama dari arena peperangan, ia disambut oleh ribuan warga. Warga mengangung-agungkan nama Brama sambil mengatakan "Hidup Brama Kumbara". Kemudian diikuti oleh warga yang lain "Hidup Brama Kumbara".
Brama dengan rendah hati, menolak permintaan rakyat madangkara menjadi raja. Brama menunjuk Gottawa untuk menjadi raja. Tapi Gottawa menjawab kalau ia tidak akan bisa memimpin kerajaan sebesar Madangkara.
Akhirnya Mantili mengusulkan untuk dipilih langsung. Setelah pemilihan selesai, Dewi Harnum menyampaikan hasil peolehan suara kepada rakyat Maangkara. 1100 orang memilih Gottawa dan 10.605 memilih Brama Kumbara. Maka dengan demikian Brama Kumbara menang mutlak menjadi Raja Madangkara.
Dengan hasil pemilihan itu Mantili menggunakan Ajian Gema Senggala memberi tahu hasil perolehan suara bahwa Brama tepilih sebagai raja baru di kerajaan Madangkara.
Brama Kumbara menolak, ia merasa tidak pantas kalau harus menjadi Raja.
Tiba-tiba ada suara yang menggema seperti suara Mantili. Ia tiba tiba muncul seorang kakek berambut putih. ia adalah Kakek Astagina guru besar Brama.
Begitu Kakek itu muncul, Gayatri langsung mendekat dan berpelukan ia mengenal kalau Orang itu adalah Kakeknya Kakek Astagina.
Kakek Astagina menjelaskan kalau Brama tidak bisa menghindar dari tanggung jawab sebagai Raja Madangkara. Kakk Astagina meminta pedang Merah Mantili. Awalnya Mantili ragu untuk memberikannya karena ia tidak mengenal kakek itu. Atas saran Brama Mantili memberikan pedang itu. Mantili minta maaf karena pedang itu telah patah.
Brama Kumbara bersama Gurunya Kakek Astagina |
Surat itu menjelaskan silsilah keturunan Raja Kerajaan Madangkara.
Raja Raja Madangkara
- Sribaginda Maharaja Tenggara Memiliki anak bernama Senbari.
- Senbari dengan Gelar Sri Baginda maharaja Garing Garba
- Ismaya dengan gelar Ismaya Praga (Kakek Astagina)
- Ratu Malia Arismaya menikah dengan Pangeran Karma Yoga
- Ranum pinang
- Gayatri (Ibunda Brama)
- Brama Kumbara
Saat itu pula rakyat Madangkara bersorak "Hidup Brama Kumbara."
Setelah Brama berpidato saat tepilih menjadi raja, tiba-tiba ada seorang warga membawa hasil bumi. Saat Brama perhatikan ternyata orang yang sebelumnya pernah ditolong oleh Brama karena disiksa oleh prajurit Kuntala. Ia bersyukur karena doanya terkabul. Lihat cerita ini pada episode 27. Brama dan semua oang terharu akan cerita orang ini. dan Brama mengucapkan terima kasih atas sumbangan warga tersebut.
****
Nyi Kcombrang tengah berbagia mendapat hadiah dari kerajaan Segati atas usahanya berhasil menukar wajah Dwi Harnum dengan Sekar. Saat itu pula ia kedatangan Patih Raksa. Patih raksa meminta Nyi Kecombang untuk menyerang Raja Kuntala. Raja Kuntala Akhirnya kesakitan. Raja Kuntala berhasil menyerangdengan serangan balasan.
Setelah tahu Nyi Kecombrang yang melakukan semua itu, Raja langsung menggunakan kesaktiannya berupa keris yang dikirim langsung untuk membunuh Nyi Kecombrang.
B E R S A M B U N G . . . .