Ringkasan Brama Kumbara Episode 41

Gardanara dan Lasmini beserta Gardika
Ringkasan Brama Kumbara Episode 41

Sebelumnya, Brama terkena Ajian Waringin sungsang, Brama, Mantili dan Raden Samba kemudian menghilang setelah saat itu langit menjadi gelap.

Menghilangnya Brama dari pertarungan meleawan Komplotan Butak Bumi adalah karena diselamatkan oleh Guru Brama Kakek Astagina.



Kakek Astagina menyembuhkan Brama dengan bantuan tenaga dalamnya. Mantili, Samba, dan Gottawa lebih cepat pulih, karena mereka tidak terlalu kena serangan Ajian waingin sungsang. Sementara Brama yang samapai saat inikondisinya masih belum stabil. Ia memang sudah sadar, tapi tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya.

Untuk menyembuhkan Brama Kakek Astagina mencari ramuanyang bisa bermanfaat untuk menyembuhkan luka dalam Brama.

Dalam upaya mencari ramuan itu, kakek Astagina bertemu dengan Ardalepa. Ardalepa menyembunykan pedang biru yang dicurinya. Tapi Kakek Astagina bukan orang sembarangan. Ia tahu apa yang disembunyikan Ardalepa.

Kakek Astagina meminta Ardalepa bertanggung jawab atas jatuhnya brama ke Kuntala. Tapi Ardalepa menyangkal tidak tahu-menahu mengenai hal itu. Kakek Astagina meminta Pedang biru yang dipegang ardalepa agar dikembalikan kepada pemiliknya. Ardalepa bukan memberikan, tapi, ia malah menentang Kakek Astagina untuk bertarung.

Pertarungan kakek Astagina dengan Ardalepa tidak seimbang. Kakek Astagina berkali-kali memberikan pukulan kepada Ardalepa. Tidak satupun pukulan itu bisa ditangkis. Terakhir, pukulan itu mengenai Ardalepa dan membuat Ardalea terlempar jauh dan tidak sadarkan diri.

Kakek Astagina kemudan mengambil pedang itu dan membawanya pulang ke Goa dimana kini Brama dan kawan-kawannya berada.

***

Nasib Gayatri masih di penjara di Madangkara. Kini Madangkara telah dipegang oleh Orang Kuntala yang diisi oleh Buntak Bumi, Adyaksa dan Kijara.

Awalnya Gayatri akan dibiarkan sakit dan dibiarkan mati. Tapi mereka berinisiatif mengobati Gayatri sebagai umpan agar Brama kelur dari persembunyiannya.

**

Di Istana Kuntala, Gardika kembali. Gardika bersama Adiknya Gardanara kembali kekuntala dan Lasmini, pacar Gardanara. Di Kuntala, Gardika malah dipandang sebelah mata, mengingat Gardika selalu kalah melawan Brama.

Raja Raksa Kumala membangga banggakan kehadiran Kijara dan Lugina, bahkan mengatakan kalau kedua orang itu telah berhasil menghabisi Brama. Gardika menjadi tersinggung, dan dipermalukan.

Raja Raksa mengatakan kalau Madangkara kini sudah berhasil direbut oleh Kuntala. Raja Raksa kemudian akan merebut lagi kerajaan Sanggem. Kerajaan yang dulunya pernah dikuasai oleh Kuntala. Raja aksa mminta lugina dan Kijara yang memimpin penyerangan. Sementara Gardika boleh ikut penyerangan, tapi dibawah pimpinan Kijara dan Lugina.

Mendapat penghinaan itu Gardika marah. Ia merasa direndahkan, dipermalukan. Ia adalah seorang panglima perang, tapi tidak dianggap karena kekalahannya melawan Brama. Gardika menantang Lugina untuk bertarung. Siapa diantara mereka yang paling kuat.

Lugina menerima tantangan itu untuk bertarung melawan Gadika.

***

Saat Adalepa tersadar, ia telah kehilangan pedang birunya. Ia kemudian mengejar Kakek Astagina.

Kakek Astagina kini bersama dengan Mantili, Gottawa dan Samba. Mantili bertanya bagaimana kakek bisa memegang pedang biru itu.

Ardalepa kini telah sampai ditempat itu. Ia meminta Kakek untuk meminta kembali pedang biru yang beberapa saat dipegangnya.Kakek tidak memberikan, Ardalepa berusaha merebutnya kembali.

Mantili menghadang, dan perkelahian tidak dapat dielakkan.

Pertarungan itu tidak hanya melawan Mantili, Ardalepa juga melawan Samba dan Gottawa. Pada bagian Akhir pertarungan, begitu mentili mencabut pedang merah, beberapa sabetan membuat Ardalepa terlempar. Kni Ardalea terlempar kedalam jurang yang dalam. Mantili menyesali perbuatannya itu yang telah membuat ayahnya terjatuh kejurang.

Kakek Astagina menguatkan Mantili agar tidak menyesal, anggap saja itu adalah Hukuman yang harus diterima oleh Ardalepa karena apa yang dilakukannya selama ini. Di sini banyak adegan yang menyatakan Gottawa cemburu pada Samba karena perlakuan Mantili yang baik pada Samba.

***

Pertarungan Gardika dengan Lugina terjadi hebat. Tapi Gardika tetap saja kalah, meski ia telah berlatih keras. Karena memang Ilmu yang dimiliki Gardika berada dibawah ilmu Serat jiwa milik Lugina.

Gardika Kalah. Ia diusir oleh Raja Raksa Kumala dalam keadaan sakit. Dalah pertarungan itu Gardanara membantu kakaknya, tapi keduanya masih saja kalah.

***

Dengan Ramuan buatan Kakek Astagina, tenaga dalam Gottawa sudah pulih, Gottawa termasuk juga samba. Mereka kemudian mengadakan latihan untuk mengasah kemampuan mereka bertarung.

Meski sudah minum ramuan dari Kakek Astagina, bantuan aliran kekuatan dengan pedang biru juga dilakukan, Brama masih belum bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Semua Nampak cemas. Untuk itu Kakek Astagina melakukan semedi mencari petunjuk cara apa yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan Brama.

Sambil menunggu dan menjaga Brama, Gottawa, Mantili dan Samba masih berlatih. Dalam pertarungan latihan itu Samba lengah, ia menjadi teringat akan kerajaan Ayahnya Sanggem. Mungkin ini adalah firasat, pertanda tidak baik akan terjadi pada Sanggem.

Dalam persemedian Kakek Astagina bertemu dengan Arwah Bibi Sekar. Bibi Sekar memberi petunjuk, kalau Brama bisa sembuh, tapi dengan usahanya sendiri. Kakek harus memberikannya motivasi yang kuat kepada Brama agar Brama berusaha keras untuk sembuh.

**

Kijara kini sudah dipanggil kembali ke Kuntala oleh raja untuk melakukan penyerangan ke Sanggem.

***

Ardalepa telemar kedalam jurang. Saat didasar jurang, Ardalepa tidak langsung mati, ia malah tersadar dan ia tidak tahu berada dimana.

Tiba-tiba ada suara yang mengaku sebagai raja kegelapan. (Semoga pada bagian ini tidak sama dengan cerita kamandanu yang bikin cerita tutur tinular 2011 makin tidak karuan.)

Suara itu memberi petunjuk, jika ingin bertemu dengan suara itu maka datanglah ke Goa hantu yang ada di Hutan Larangan. Ardalepa yang mendengar suara itu langsung bergegas menuju hutan larangan tersebut.

B E R S A M B U N G . . .
Next Post Previous Post